Inovasi Energi dari Kandang Mukti Sari, Gas Kotoran Sapi dan Manusia Mengalir ke Kompor Warga
viralnasional.com SEGALAMacam aktivitas manusia tidak bisa lepas dari energi oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila manusia selalu
Teknologi
viralnasional.com - SEGALAMacam aktivitas manusia tidak bisa lepas dari energi oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila manusia selalu berusaha mendapatkan sumber-sumber energi baru. Aktivitas dan apa yang direncanakan bagi kemajuannya tidak terhambat oleh terbatasnya persediaan energi yang ada. Sedangkan minyak bumi, batu bara dan lain-lain tidak dapat diperbaharui kembali (non renewable) semakin hari semakin terbatas.
Laporan : MISWANTO
Baca Juga:
Pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mengakibatkan kebutuhan energi semakin meningkat sementara persediaan semakin terbatas. Hal inilah yang menyebabkan manusia mulai memanfaatkan sumber daya energi baru seperti biogas. Sumber energi alternatif ini dapat diperbaharui kembali (renewable) sedangkan harganya relatif murah dibandingkan elpiji dan bahan bakunya tersedia secara kontinyu.
Ditengah gaduh menteri keuangan dan kementrian ESDM soal harga elpiji gas melon, warga Desa Muktisari Kecamatan Tapung, Kampar, Riau menceritakan kisahnya mampu mengurangi dari ketergantungan gas melon. Dia memanfatkan limbah kotoran delapan sapi, kemudian diolah menjadi biogas yang digunakan untuk memasak.
Dan untuk bisa mencapai lokasi Desa Mukti Sari binaan Pertamina Hulu Rokan (PHR) harus menempuh perjalanan selama lebih kurang dua jam dari Pekanbaru. Desa letaknya strategis, berada di area sumur minyak PHR tepatnya di Kota Batak. Dengan luas 1.250 kilometer persegi, Desa Mukti Sari memiliki 11 jalur penduduk warga setempat menyebutnya dengan istilah seruling.
Sejauh mana proses pembuatan biogas tersebut, media berkesempatan datang ke Desa Mukti Sari, Selasa (21/10/2025) mendapat penjelasan dari Kepala Desa Waryono didampingi pengurus Kelompok Tani Bhina Mukti Sari. Kehadiran kami langsung dijamu dengan buah buahan segar mulai dari matoa, pepaya, melon serta jeruk ternyata itu semua hasil dari kebun mereka yang subur karena diolah menggunakan pupuk organik ramah lingkungan atau ampas biogas. Ini semua merupakan bagian dari program pengembangan masyarakat yang didukung oleh PHR.
Sudarman ketua kelompok tani mengungkapkan masyarakat hingga saat ini masih setia menggunakan biogas dan menjadikan gas melon sebagai cadangan jikalau sistim pengolahan biogas terdapat masalah teknis. Disaat warga lain kelimpungan mencari gas melon, dia tetap tenang di rumah dan istri di dapur masih bisa memasak.
Dia menceritakan, program Daerah Energi Berdikari (DEB) ini terlaksana melalui kemitraan PT PHR dengan Yayasan Rumah Energi (YRE) dimulai pada tahun 2022 dan telah memberikan manfaat kepada 143 orang. Dari total 21 unit biogas yang terbangun dan tersebar di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung sebanyak 20 unit dan di Kelurahan Palas, Kecamatan Tapung sebanyak 1 unit.
Berbagai jenis limbah yang dimanfaatkan menjadi biogas di Desa Muktisari menjadi salah satu simbol komunitas yang berhasil bertransisi menuju kemandirian sumber energi memasak melalui pemanfaatan limbah ternak sapi, limbah ampas tahu, dan bahkan kotoran manusia dari dua pondok pesantren.
Selain menerima pembangunan biogas, Kelompok Tani Bhina Mukti Sari mendapatkan pelatihan teknis biogas bagi tenaga kerja lokal dan edukasi pengoperasian serta perawatan biogas, juga pengenalan produk turunan bioslurry dari biogas melalui rangkaian pelatihan dalam rangka membangun ekosistem biogas di tingkat tapak.
Kemandirian ekonomi merupakan salah satu tujuan yang dicapai dari program DEB ini. Rumah tangga yang beralih menggunakan biogas dapat menghemat pengeluaran untuk pembelian elpiji hingga Rp75.000 per bulan. Biaya penghematan tersebut biasanya dimanfaatkan untuk tabungan ataupun kebutuhan sehari-hari.
Sejak tiga tahun terakhir, Sudarman dan istri serta para tetangga memasak tidak lagi menggunakan gas elpiji melon. Hal ini setelah PHR memilih Desa Mukti Sari untuk mendapatkan DEB memanfaatkan energi terbarukan yakni biogas yang dihasilkan dari limbah kotoran sapi.
"Semenjak ada program pemanfaatan biogas dari kotoran sapi ini, kami memasak sudah tidak memakai gas elpiji lagi," kata Suramti anggota PKK Desa Mukti Sari.
Sudarman menjelaskan untuk mengolah kotoran sapi menjadi biogas cukup sederhana, awalnya, hanya perlu memasukkan kotoran sapi ketempat pengadukan. Pada proses ini, kotoran sapi kemudian ditambahkan air. Setelah kotoran sapi dan air tercampur merata, kemudian cairan tersebut dimasukkan kedalam reaktor.
"Didalam reaktor inilah kemudian perpaduan antara kotoran sapi dengan air menghasilkan gas. Kemudian gas inilah yang kemudian menjadi energi untuk menjadi api kompor,"jelas pria memiliki tinggi 170 centimeter ini.
Di tengah isu krisis energi global, transisi energi menjadi sebuah keniscayaan. Namun Desa Mukti Sari bisa mandiri energi secara nyata dan desa ini menuju ekonomi berdikari lewat Bio-slurry pupuk organik berkualitas tinggi merupakan produk sampingan dari pengolahan limbah organik, seperti kotoran hewan, melalui proses biogas.
Limbah yang dimanfaatkan untuk pupuk ini berbentuk lumpur yang kaya akan unsur hara makro dan mikro, serta mikroorganisme yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah, memperbaiki strukturnya, dan meningkatkan kesehatan tanaman.
Sapi Penyebab Tetangga Bertengkar
Desa Mukti Sari Kecamatan Tapung, Kampar memberi contoh praktis pemanfaatan sumber daya yang bijak, melalui pendekatan eco-localism mempromosikan komunitas yang tangguh dan mandiri secara ekonomi dan sosial, dengan fokus pada aktivitas yang selaras dengan lingkungan lokal menciptakan masyarakat lebih berkelanjutan. Respons terhadap globalisasi dengan menekankan pentingnya skala lokal dalam menentukan keberlanjutan, mengintegrasikan prinsip dari ilmu lingkungan.
Kepala Desa Mukti Sari, Waryono mengaku bangga dengan aktivasi DEB. "Kami sangat bangga dengan pencapaian desa kami. Ini adalah bukti bahwa masyarakat dapat mewujudkan kemandirian energi dan menjadi contoh inspirasi bagi desa lain untuk memanfaatkan potensi lokal,"tuturnya.
Pengembangan DEB Mukti Sari merupakan salah satu program zona Rokan dalam pengembangan biogas dari kotoran hewan menjadi sumber energi alternatif yang mampu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat."Kotoran sapi yang dulunya bau tak sedap kini harum dengan adanya pengolahan biogas,"kata Waryono.
Sebelum adanya produksi biogas yang dikelola oleh kelompok tani, sapi di desa ini tergolong liar karena kerap ditemukan di jalanan dan masuk perkarangan rumah warga dan memakan berbagai tanaman.
Alhasil bukan kebaikan yang didapat melainkan sesama warga bertengkar.
"Pemilik sapi dan pemilik kebun bertengkar, karena hewan peliharaannya memakan tanamannya,"kata Waryono.
Melihat kondisi itu, ia mulai memutar otak yang pada akhirnya terbitlah peraturan desa (Perdes) tentang larangan sapi berkeliaran. Dengan sanksi membayar Rp1 juta jika sapi warga berkeliaran di jalanan, Sedangkan sanksi Rp2 juta jika sapi liar memakan tanaman warga di kebun atau perkarangan. Hal itu sejalan dengan program PHR tentang rencana pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas untuk kebutuhan warga jika sapi berhasil dikandangkan.
Awalnya sulit juga melakukan penertiban, karena pemilik sapi mayoritas tidak memiliki kandang. Pada akhirnya rembuk warga digelar dan disepakati membangun kandang secara bersama pemerintah desa. Pada akhirnya, sapi-sapi liar yang dulunya berkeliaran berhasil dikandangkan.
Dan untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi, PHR mulai menggelontorkan bantuan pembangunan reaktor biogas yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat. "Kendati gas yang dihasilkan dari pengolahan kotoran sapi sipatnya gratis,namun masih ada juga warga yang enggan menggunakan dengan alasan ini itu. Dan kita tak memaksakan, sebab ini adalah pilihan untuk membantu warha adanya biaya pengeluaran pembelian gas elpiji dalam sebulannya bisa mencapai Rp75 ribu,"tutur pria yang baru menjabat kades satu periode ini.
Ia mengaku sangat terharu dengan pencapaian Desa Mukti Sari. Ia mengucapkan terima kasih kepada PHR atas pendampingan yang sudah diberikan kepada masyarakat. Tidak hanya mendukung kemandirian energi, keberadaan reaktor biogas telah mendorong terciptanya sirkular ekonomi bagi masyarakat di Desa Mukti Sari.
"Keberadaan reaktor biogas dna bio slurry telah memberikan nilai tambah yang signifikan dan mendorong masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan untuk berkebun sayur dan buah-buahan," katanya.
Selain itu, berbagai bentuk penghematan yang diperoleh, menjadi indikator bahwa program ini memberikan dampak nyata kepada masyarakat. Tak hanya dari sisi kemandirian energi, melainkan juga di sektor ekonomi. "Ini adalah hal baik bagi desa kami," ujar Waryono.
Apa yang sudah dilakukan PHR di Desa Mukti Sari, telah membuka harapan baru bagi masyarakat setempat dan meringankan beban negara di tengah isu krisis energi global. Desa Mukti Sari telah mengajarkan banyak hal di tengah isu krisis energi global, sedangkan transisi energi menjadi sebuah keniscayaan bahwasannya kemandirian energi secara nyata bisa terwujud.
Setiap Kotoran Sapi Miliki Nilai
Seorang pria mengenakan kaos biru bertuliskan Desa Energi Berdikari berbabis Biogas yang terpasang di punggungnya. Namanya Santoso merupakan anggota Kelompok Bhina Mukti Sari yang menerima manfaat dari program itu.
Kandang sapi yang tak terlalu besar ukurannya bagian dindingnya terbuat dari kayu yang disusun horizontal menyerupai pagar. Dinding bagian bawah dibuat dari susunan bata ringan, beratap seng. Sepintas tak ada yang istimewa di kandang ini. Layaknya kandang sapi pada umumnya.
Dibagian belakang kandang, terhubung ke bak pengumpulan kotoran sapi, bak reaktor, pipa penyalur gas, outlet sebagai ruang pemisah, dan dua drum berwarna biru penampung slurry. Semua ini merupakan satu rangkaian dari reaktor biogas berbahan dasar kotoran sapi yang hasilnya disalurkan ke rumah rumah warga sekitar.
Santoso pria yang kerap mengenakan topi berwarna kecoklatan ini menjelaskan lagi, kotoran sapi yang masuk ke bak penampung dicampur dengan air, lalu diteruskan ke bak selanjutnya untuk dilumat dengan alat khusus. Kotoran yang sudah diolah itu, lalu dialirkan ke bak reaktor. Dalam durasi tertentu, gas akan menguap dengan sendirinya, terpisah dari limbah kotoran sapi.
Gas itu lalu terperangkap di bagian kubah, kemudian dialirkan ke pipa besi penyalur yang terhubung ke kompor warga dan lampu di rumah.
Sedangkan limbah biogas yang mengendap di bagian bawah kubah, teraliri ke outlet ruang pemisah, dan mengalir ke bak penampungan lewat selang yang disebut pipa slurry.
Dari pengolahan kotoran sapi, dan manusia ini dipastikan tidak ada yang terbuang mulai dari menghasilkan biogas hingga pengolahan bio slurry untuk menghasilkan Pupuk Organik Cair (POC) dan Pupuk Organik Padat (POP).
Santoso juga menunjukan cara menggunakan biogas pada kompor dua tungku merek Rinnai yang sudah dimodifikasi tak jauh dari lokasi produksi biogas.
Kompor itu terhubung dengan selang yang disambungkan dengan pipa serta kran kecil untuk membuka tutup biogas agar tidak selalu keluar.
Pipa ini terkoneksi dengan manometer alat pengukur tekanan gas yang dipasang di antara pipa tersebut. Ia memutar tuas kecil yang terdapat pada kompor itu, hingga mengeluarkan suara desis bertanda gas sudah mengalir ke kompor. Kemudian dia memantik api dari mancis yang selalu dibawanya ke arah tungku kompor lalu api muncul dari sumber biogas.
Apinya bagus dan kalau untuk memasak matangnya merata dan warnanya nyaris tidak kelihatan beda dengan gas melon yang memunculkan warna biru pekat kemerahan. Tak hanya itu, Kelompok Tani Bhina Mukti Sari memperlihatkan kebun masyarakat disekitar yang tumbuh subur karena menggunakan pupuk organik cair dan padat.
Tanaman kangkung rambat tumbuh subur, buah-buah melon, terong ungu, timun matoa terlihat dari hijaunya dedaunan di sekitarnya. Ada juga jenis tanaman lain, seperti jambu, kacang panjang, cabai, tanaman ini tumbuh subur, baik di dalam polybag, maupun langsung di tanam di kebun.
Kesemua tanaman itu menggunakan pupuk bio slurry merupakan limbah organik dari biogas yang kelola oleh Kelompok Biotama Agung Lestari.
"Prima Bio slurry merupakan produk sampingan dari proses fermentasi kotoran hewan dan manusia air secara anaerob di dalam instalasi biogas berbentuk lumpur. Keduanya memiliki nilai penting karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik,"kata ketua Kelompok Biotama Agung Lestari Hasan Mahyein.
Alhamdulillah pupuk cair dan padat ini sudah dipasarkan di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau serta Sumatera Barat.
Sedangkan pupuk bio slurry cair diambil dari bagian cair slurry dan dibiarkan hingga tidak lagi mengeluarkan gas atau bau.
Hasan menjelaskan produk ini dilepas ke pasaran, meski belum optimal dengan merek Prima Bioslurry ini dijual Rp30 ribu per liter. Sedangkan pupuk kompos Prima Bioslurry Padat dijual Rp3 ribu per kilogram. Sedangkan para pengguna biogas, atau masyarakat penerima manfaat dari Program DEB ini, dapat menggunakan bio slurry secara langsung ke tanaman mereka.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau untuk Kabupaten Kampar populasi sapi dan kambing sebanyak ppulasi ternak sapi perah sebanyak 5 ekor, ternak sapi potong 22.206 ekor, ternak kerbau 10.345 ekor, populasi ernak kuda 9 ekor, populasi ternak kambing 16.622 ekor, populasi ternak domba 670 ekor dan populasi ternak babi sebanyak 2.700 ekor.
Jika bio slurry cair ini digunakan sebagai pengganti pupuk urea, maka produksi bio slurry cair dapat mengurangi penggunaan urea kurang lebih 250 kilogram per tahun dengan asumsi pemakaian limbah cair sekitar dua liter per meter kubik.
"Potensi pupuk ini sangat besar dia optimis kemandirian energi itu bisa terwujud dan masayarakat semakin sejahtera karena seluruh biaya pengeluaran bisa ditekan mulai untuk pembelian elpiji hingga pupuk,"kata Hasan.
Tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pupuk masyarakat petani, pemanfaatan bio slurry menjadi pupuk organik bahkan menjadi pundi-pundi pendapatan baru bagi masyarakat bahkan bisa memberdayakan gen z atau generasi muda untuk berkecimpung dalam pengolahan bio slurry ini.
Sejak Oktober 2023, Kelompok Tani Biotama Agung Lestari telah menjual 2094 botol (liter) produk Pupuk Organik Cair dengan omset lebih kurang Rp 45 juta. Begitu pula penjualan Pupuk Organik Padat mencapai 6208 kg dengan omset lebih kurang Rp 16 juta sehingga total omset kelompok tani sebesar Rp 61 juta.
Konversi Energi Listrik dengan Generator
Program biogas di Desa Mukti Sari, Tapung ini, Pertamina memang menyadari pentingnya energi terbarukan. Program bernama Desa Energi Berdikari Berbasis Biogas ini menjadi sebuah pilot project yang tentunya akan dikembangkan lagi.
Teknologinya sudah ada dan tinggal dikembangkan. Tidak hanya dari kotoran sapi, biogas dari kotoran manusia sudah dikembangkan juga. Selain dengan septic tank komunal juga pada dua pesantren sudah dikembangkan biogas ini.
Kata Hutagaol pihaknya akan mengembangkan tanaman energi lainnya yakni sorgum. Tanaman ini bisa menjadi energi yakni bioetanol yang jika diolah merupakan bahan baku bensin, pertalite, hingga pertamax. Terdapat 520 hektare kebun sawit yang akan replanting. Selain diganti sawit baru, yang dipersiapkan juga adalah lahan pengembangan pakan ternak. Di antaranya adalah rumput odot, pakchong, dan termasuk sorgum.
Selain itu, kata pria penuh ide ini menambahkan biogas dari sampah rumah tangga sangat potensial untuk dibangun. Sebab, masyarakat desa memiliki sampah rumah tangga organik yang melimpah. Gas metannya merusak lingkungan. Padahal, sampah organik ini, selain bisa dijadikan pupuk, juga bisa jadi energi terbarukan.
Kepala Dusun 3 Santoso menambahkan sapi milik warga berkembang pesat dengan adanya inseminasi sapi yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Wilayah II Dinas Perkebunan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Kampar, Fernando Hutagaol. Sudah lama ia bertugas di daerah ini dan hasil dari kinerjanya perkembangan sapi di Desa Mukti Sari berkembang pesat.
Semakin banyak sapi maka kotorannya meningkat dan produksi biogas dapat terus dilakukan. Inseminasi buatan meningkatkan populasi sapi unggul, yang pada akhirnya menghasilkan lebih banyak kotoran.
Kotoran yang dihasilkan ini kemudian menjadi bahan baku utama yang berkelanjutan untuk produksi biogas. Kata Gaol inseminasi buatan (IB) memungkinkan peternak untuk meningkatkan mutu genetik dan populasi sapi secara efisien. Dengan populasi sapi lebih banyak dan lebih sehat, ketersediaan kotoran sapi sebagai bahan baku biogas meningkat.
Kotoran dari sapi hasil inseminasi diolah dalam digester kedap udara (anaerobik) untuk menghasilkan gas metana dan karbon dioksida, yang dikenal sebagai biogas. Gas ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif untuk memasak atau penerangan, mengurangi ketergantungan pada gas konvensional.
Pria berbaju merah beraliskan hitam ini, menambahkan kotoran sapi yang dikumpulkan dari kandang secara rutin dan dimasukkan ke dalam digester. Setiap harinya, satu ekor sapi dapat menghasilkan 10-15 kg kotoran. Keuntungan dari sistem terintegrasi ini mengurangi biaya pembelian gas elpiji dan pupuk kimia, serta meningkatkan pendapatan dari penjualan produk sapi dan pupuk organik.
Santoso berharap program pendampingan PT PHR pada Kelompok Tani (Poktan) Bina Mukti Sari di Desa Mukti Sari yang pada tahun ini akan berakhir bisa dilanjutkan kembali. Mengingat masyarakat masih butuh bimbingan dalam usaha berkebun, produksi biogas dan bio slurry.
Mengurangi Emisi
Kerja nyata yang dilakukan PT PHR pada masyarakat Desa Muktisari merupakan salah satu program DEB zona Rokan telah berhasil mengembangkan biogas dari kotoran sapi dan manusia sebagai sumber energi alternatif. Program ini bahkan mampu meningkatkan nilai ekonomi masyarakat dan Sumber Daya Manusia (SDM) anak-anak mereka yang kini mengenyam bangku perkuliahan di Pekanbaru.
Tak hanya itu, bio slurry yang mereka hasilkan telah merekrut generasi Z untuk ikut terlibat dalam pengolahan pupuk cair dan padat sehingga menghasilkan cuan.
Selanjutnya PT PHR terus berupaya mendukung kemandirian energi masyarakat di wilayah operasinya lewat program DEB pemanfaatan energi baru terbarukan berbasis biogas. Keberhasilan yang mereka raih sejak beberapa tahun lalu, memberikan berkah karena timnya bisa tampil dalam setiap pameran UMKN yang diselenggarakan di Provinsi Riau hingga di Pulau Jawa.
"Ini merupakan wujud nyata dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR dalam mendorong pembangunan berkelanjutan dengan Menggandeng Yayasan Rumah Energi. Perusahaan semi plat merah ini memberikan dukungan penuh dalam pengembangan infrastruktur energi terbarukan berupa 20 reaktor biogas di Desa Muktisari,"kata Iwan Ridwan Faizal Manager Community Involvement and Development (CID).
Pertamina menyadari pentingnya energi terbarukan untuk masyarakat sebab program ini menjadi pilot project yang tentunya akan dikembangkan lagi. Program TJSL PT PHR WK Rokan ini diharapkan tidak saja membantu peternak dari sisi energi dan pupuk, tapi lebih dominan pada mengurangi emisi.
Program DEB yang menjadi pilot project ini merupakan langkah awal untuk pengurangan emisi di desa. Hal itu dikarenakan, peternakan di desa berkontribusi besar bagi pencemaran atmosfer.
Untuk masyarakat penerima manfaat menghasilkan rata-rata 773,3 liter POC per bulan, untuk tiga kali produksi jumlahnya bisa mencapai 2.000 liter. Wilayah Kerja Rokan sebagai salah satu pilar penyangga energi nasional,PHR terus mendukung kemandirian masyarakat melalui program-program TJSL, salah satunya saat ini sudah berjalan di Desa Mukti Sari. DEB di Desa Mukti Sari ini merupakan satu dari 28 DEB yang ada di Indonesia dan yang terbesar di bidang biogas.
Dengan total kapasitas reaktor 165 m3 untuk 21 sambungan biogas yang digunakan untuk memasak.
Saat ini perekonomian keluarga Sudarman sudah masuk kategori cukup bergantung pada sapi-sapi itu. Bukan soal berapa nilai uang yang didapat tapi, seberapa besar nilai pundi-pundi rupiah yang bisa dihemat dari produksi biogas.
Produk ini, berpeluang menjadi ladang cuan baginya serta warga penerima manfaat dari DEB. Besar energi yang dihasilkan setara 197.478.8 kWh dengan reduksi emisi mencapai 50 ton CO2ek/tahun dari 20 biodiester reaktor biogas. Untuk limbah kotoran terkelola mencapai 685 ton.
Akses Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan sebagai pengganti kayu bakar. Sedangkan dampak dari biogas ini terjadi penghematan pembelian tabung gas mencapai Rp75 ribu per rumah tangga. Tak hanya itu, kata Darman juga terjadi penghematan pembelian pupuk mencapai Rp222.177 per pengguna perbulan. Untuk total omzet penjualan pupuk mencapai Rp74 ribu mulai November 2023- April 2025.
Hingga saat ini jumlah penerima manfaat langsung mencapai 178 orang dan tidak langsung sebanyak 86 orang.
"Sekarang, memang masih menggunakan elpiji melon 1 tabung gas, tapi itupun untuk cadangan. Ia juga memasang lampu penerangan di teras rumah bersumber dari biogas,"tutur Darman mengaku telah mengganti ketergantungan pupuk kimia untuk kebunya seluas 2 hektar dengan bio slurry.
Sebelum ada bio slurry dalam sebulan ia merogoh kantong untuk membeli 10 karung pupuk kimia untuk kebun sawit. Harga per karungnya Rp680ribu. Artinya, sebulan ia merogoh kocek hingga Rp6,8 juta untuk membeli pupuk. pemakaian Bio slurry seluruh kelompok tani bisa menghemat pengeluaran untuk pupuk dan membeli elpiji.
Tergambar jelas potensi penghematan biaya keluar yang bisa dia tekan selama beroperasinya biogas dan bio slurry. Ini belum termasuk pendapatan dari sayur mayur yang ditanam.
Suramti warga Desa Mukti Sari ketika salah satu peneriman manfaat biogas ketika ditemui di dapur rumahnya sedang memasak cemilan ubi singkong. Menjawab media bagaimana cara penggunaan biogas untuk memasak, ia menjelaskan pertama memutar katup pipa yang berada diantara dinding dan pipa besi. Begitu dibuka, spontan terdengar tekanan gas mengalir ke kompor. Selanjutnya dipantik dengan mancis gas mengarah ke tungku kompor merek Rinnai dan api langsung menyala membentuk lingkaran berwarna biru.
Ia lalu menaruh wajan berisi minyak goreng di atasnya setelah minyak panas, memasukan ubi yang sudah di potong potong kecil dibalur dengan kunyit dan garam. "Proses pematangan makanan sangat bagus menggunakan biogas lebih merata dibanding menggunakan elpiji melon," kata Suramti.***(sumber: wawancara langsung)
viralnasional.com SEGALAMacam aktivitas manusia tidak bisa lepas dari energi oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila manusia selalu
Teknologi
viralnasional.com Dumai BPOM menggelar sosialisasi satu suara lawan kosemtik berbahaya, berlangsung di Gedung Zainuddin Abdullah Kota D
Berita
viralnasional.com Sebanyak 4.882 Warga Negara Indonesia (WNI) di deportasi dari Malaysia sepanjang tahun 2025. Angka tersebut didominasi
Viral Nasional
viralnasional.com Sebanyak dua remaja membegal petugas imigrasi membacoknya saat hendak pergi bekerja. Salah satu pelaku mengaku mengguna
Hukrim
viralnasional.com Satu video memperlihatkan seorang wanita membuat video tak senonoh beredar di media sosial. Wanita itu membuat video de
Viral Berita
viralnasional.com Pekanbaru Jaksa Agung Republik Indonesia, ST Burhanuddin, melantik Sutikno sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Riau
Berita
Sebanyak 38.934 kasus berhasil diungkap dengan total barang bukti hampir mencapai 200 ton dan lebih dari 51 ribu pelaku ditangkap
Viral Nasional
viralnasional.com &ndash Terkait permasalahan pembayaran gaji guru Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Ker
Pendidikan